Tali yang Tak Mudah Putus
Selamat pagi, jangan tatap aku seperti itu. Aku tahu, agak aneh karena aku terus-terusan menyapamu sejak kemarin malam, hehe. Bukannya apa, tapi semenjak kubaca kembali cerita-cerita yang kugoreskan pada dindingmu, aku merasakan ada bahagia yang terselip dan menyeruak pada relung-relung dadaku. Bilik-bilik dalam jantungku seperti memompa wewangian ke sekujur saraf-saraf tubuhku, Menyenangkan.
Semalam aku menyapa tanpa meninggalkan kisah yang berkesan, maaf. Maka dari itu, izinkan pagi ini aku bercerita.
Mungkin kau masih ingat tentang ceritaku sebelumnya yang kuberi judul "bimbang". Tak lebih dari seperempat perputaran hari, aku sudah berbaikan dengannya, dengan wanita yang membuat hatiku bagai gado-gado super pedas dengan kerupuk udang dan segelas es teh lemon. (Perumpamaan macam apa ini, Chuaaakz :v) pagi hari setelah kebimbangan-kebimbangan yang mengacaukan hati dan pikiranku, aku mencoba menghubunginya dan berpura-pura seolah semalam tak terjadi apa-apa. "Selamat pagi sayaaang" sapaku melalui direct message whatsapp, dan dia pun membalas dengan hangatnya. Aduhai, sia-sia kegalauan dan kebimbanganku semalam, aku cinta dia.
Begitulah, kujalani dengan bahagia tiap detiknya. Berbalas pesan yang hanya dibatasi dengan tidur, makan dan benerapa keperluan pribadi, merupakan hal paling membahagiakan, kalau rindu membuncah, telepon video bisa meredam sedikit kerinduan, bercerita hingga kelopak mata memaksa untuk mengakhiri cerita-cerita kami. Pertemuan, biasanya terjadi sekali tiap bulannya, untuk mengobati rindu yang meraung-raung (lu kate singa ngab :v).
Seharian penuh, berdua, kesana kemari mengelilingi kota, menyumbang polusi dan tak mau kalah menambah riuhnya kebisingan kota Mataram, sesekali berjalan di tengah pematang sawah menikmati udara sore dan berswafoto dengan aliran sungai yang kian meliuk indah. Hey, darah siapa yang tak berdesir kencang dengan semua suasana hangat ini.
Komentar
Posting Komentar