Mak
Ini akan menjadi sebuah puisi, yang kelak akan kukenang atau mungkin kalian juga, jika sempat membacanya, tutur kataku mungkin tak terlalu asyik, terkesan lawas, tapi tak apa, yang penting aku menulis, menyampaikan riuh hatiku yang tak kunjung diam.
MAK
Mak, anakmu sekarang sudah besar
Anakmu yang tak cukup berbakti ini sangat bersyukur dan tak mungkin bisa membalas semua jasamu
Mak, anakmu selalu ingin berbakti, mengukir senyum di wajahmu
Mak, aku tak pernah lupa bagaimana kau meredam rasa malu untuk sesuap nasi mengganjal lapar lima lima bayi yang sudah mulai bergigi dan melawan
Mak, kau selalu hebat di mata anakmu ini, meski sempat aku membencimu, maafkan aku mak, aku bodoh
Mak, kau hebat, dan terlalu hebat, kau menanggung lima anakmu sendiri, menopang kami, berpeluh darah, sejak masih kepala tiga
Mak, kepala tiga itu, perempuan lain masih sibuk menghias diri, tapi mengapa mak ? Setega itu Tuhan menitipkan rasa cinta kasih yang teramat dalam dan membuatmu terlihat kumal hanya untuk kami
Mak, aku juga masih ingat, tatkala tangismu pecah ketika orang-orang sekitarmu komplain dengan usahamu merawat kami, padahal tahu apa mereka tentang hari-hari beratmu
Mak, kini anakmu sudah besar-besar, sudah pandai berbicara, sudah lebih pandai meninggikan suara, sudah lihai mengkritisi tindak-tanduk kasihmu
Mak, anakmu sudah mengenal cinta, aku masih ingin menangis manja pada pangkumu, menggapai surga di telapak kakimu, mendaki satu demi satu tangga bakti menuju ridha Rabbmu
Mak, anakmu ingin meminang gadis mak, dia cantik mak, seperti kau semasa muda dulu, anakmu terpesona padanya mak
Mak, anakmu meminta izin, untuk menuai benih cinta kedua, benih tanggung jawab setelah bakti
Mak, doakan aku, agar baktiku tak putus, dan cintaku tak kandas, aku laki-laki mak, biarkan aku menapaki jalan kehidupan menuju Tuhanku bersamanya
Mak, tak perlu khawatir, kau selalu berada di atasnya mak, aku masih memegang erat kisah Ibrahim dan Ismail mak, tak perlu risau, cukup doakan aku mak, wajah selalu menjadi yang paling ingin kutatap, ragamu selalu menjadi tempat terhangat untuk melabuhkan tangisku
Tapi mak, izin kan wanita ini berbagi hal itu denganmu, izinkan pangkunya menjadi tempat labuhku, izinkan peluknya meredam remuk hancurku, izinkan baktiku bersanding dengan tanggung jawabku untuknya
Mak, aku tetap anakmu
MAK
Mak, anakmu sekarang sudah besar
Anakmu yang tak cukup berbakti ini sangat bersyukur dan tak mungkin bisa membalas semua jasamu
Mak, anakmu selalu ingin berbakti, mengukir senyum di wajahmu
Mak, aku tak pernah lupa bagaimana kau meredam rasa malu untuk sesuap nasi mengganjal lapar lima lima bayi yang sudah mulai bergigi dan melawan
Mak, kau selalu hebat di mata anakmu ini, meski sempat aku membencimu, maafkan aku mak, aku bodoh
Mak, kau hebat, dan terlalu hebat, kau menanggung lima anakmu sendiri, menopang kami, berpeluh darah, sejak masih kepala tiga
Mak, kepala tiga itu, perempuan lain masih sibuk menghias diri, tapi mengapa mak ? Setega itu Tuhan menitipkan rasa cinta kasih yang teramat dalam dan membuatmu terlihat kumal hanya untuk kami
Mak, aku juga masih ingat, tatkala tangismu pecah ketika orang-orang sekitarmu komplain dengan usahamu merawat kami, padahal tahu apa mereka tentang hari-hari beratmu
Mak, kini anakmu sudah besar-besar, sudah pandai berbicara, sudah lebih pandai meninggikan suara, sudah lihai mengkritisi tindak-tanduk kasihmu
Mak, anakmu sudah mengenal cinta, aku masih ingin menangis manja pada pangkumu, menggapai surga di telapak kakimu, mendaki satu demi satu tangga bakti menuju ridha Rabbmu
Mak, anakmu ingin meminang gadis mak, dia cantik mak, seperti kau semasa muda dulu, anakmu terpesona padanya mak
Mak, anakmu meminta izin, untuk menuai benih cinta kedua, benih tanggung jawab setelah bakti
Mak, doakan aku, agar baktiku tak putus, dan cintaku tak kandas, aku laki-laki mak, biarkan aku menapaki jalan kehidupan menuju Tuhanku bersamanya
Mak, tak perlu khawatir, kau selalu berada di atasnya mak, aku masih memegang erat kisah Ibrahim dan Ismail mak, tak perlu risau, cukup doakan aku mak, wajah selalu menjadi yang paling ingin kutatap, ragamu selalu menjadi tempat terhangat untuk melabuhkan tangisku
Tapi mak, izin kan wanita ini berbagi hal itu denganmu, izinkan pangkunya menjadi tempat labuhku, izinkan peluknya meredam remuk hancurku, izinkan baktiku bersanding dengan tanggung jawabku untuknya
Mak, aku tetap anakmu
Komentar
Posting Komentar