Bidadari Shubuh

Dia mahkota, perlambang mahligai kuasa diraja, memilikinya mengharuskanmu menjadi pribadi yang siap menerima resiko tinggi, tanggung jawab besar, dan musuh-musuh yang sudah pasti ingin merebutnya darimu. Entah apa pikir orangtuamu dulu, kau diberinya nama yang begitu indah, "mahkota", apa mungkin mereka dambakan para raja sebagai menantunya kelak, kalau memang iya itu pertanda sebuah halangan yang besar buatku, sebab aku bukanlah raja, keturunan pun bukan. Aku hanya lelaki naif dengan secuil imajinasi dan segudang rasa cinta yang tertuju pada mahkota itu.
Pernah sekali dia menanyaiku, sebab kenapa aku begitu tertarik padanya, Ah, sungguh tak bisa kujelaskan dengan hanya sekedar kata, aku harus berjingkrak, menendang angin, memukul kosong, seperti orang yang kebelet pipis, dan itu semua karena satu shubuh dimana aku dan dia sedang bertatap wajah via video call whatsapp, astaga aku harus banyak bersyukur dengan adanya aplikasi ini, aku bisa melihat keindahan bidadari shubuh dengan balutan mukena. Duh tuhan, desir hatiku kala itu, untungnya aku bukan tipe orang yang mudah mimisan. Tapi ayolah, jangan salahkan aku kalau jatuh cinta, cinta bukan kesalahan, cinta itu anugerah, dan mencintainya adalah anugerah terindah yang kudapatkan. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mak

Semuanya ternyata tentangmu

Bimbang