Mak
Ini akan menjadi sebuah puisi, yang kelak akan kukenang atau mungkin kalian juga, jika sempat membacanya, tutur kataku mungkin tak terlalu asyik, terkesan lawas, tapi tak apa, yang penting aku menulis, menyampaikan riuh hatiku yang tak kunjung diam. MAK Mak, anakmu sekarang sudah besar Anakmu yang tak cukup berbakti ini sangat bersyukur dan tak mungkin bisa membalas semua jasamu Mak, anakmu selalu ingin berbakti, mengukir senyum di wajahmu Mak, aku tak pernah lupa bagaimana kau meredam rasa malu untuk sesuap nasi mengganjal lapar lima lima bayi yang sudah mulai bergigi dan melawan Mak, kau selalu hebat di mata anakmu ini, meski sempat aku membencimu, maafkan aku mak, aku bodoh Mak, kau hebat, dan terlalu hebat, kau menanggung lima anakmu sendiri, menopang kami, berpeluh darah, sejak masih kepala tiga Mak, kepala tiga itu, perempuan lain masih sibuk menghias diri, tapi mengapa mak ? Setega itu Tuhan menitipkan rasa cinta kasih yang teramat dalam dan membuatmu terlih...